Orizuka - Our Story |
Orizuka - Our Story
Yasmine melemparkan pandangnya keluar jendela, menatap barisan mobil yang merayap perlahan. Ia melirik jam tangan Guess-nya, 07:30. Ia sudah sangat terlambat untuk masuk sekolah. Haryo, sang supir, meliriknya dari spion.
“Telat ya, Neng ?” tanyanya dengan nada sedikit bersalah. Yasmine menggeleng sambil tersenyum.
“Ngak apa-apa kok, pak, paling juga dimaklumin kalo anak baru,” hibur Yasmine, lebih kepada dirinya sendiri. Haryo mengangguk-angguk.
Yasmine menggigit bibir lalu kembali ke jam tangan. Baru satu menit berlalu semenjak terakhir kali ia melakukannya. Yasmine menghela nafas pelan. Waktu selalu berjalan dengan lambat kalau ia sedang terburu-buru.
“Tapi, Neng. Bapak masih nggak habis piker,” kata Haryo lagi, membuat Yasmine mengangkat kepala. “Kenapa papa Neng nyuruh Neng masuk sekolah itu,”
“Saya juga ngak tahu, Pak. Katanya sekolah itu bagus dan berstandar internasional,”
“Ah, masa sih ??,” Haryo terdengar sangsi. “Saya malah heran waktu ngedaftarin Neng disana.
Kemarin Pak Raymond nyuruh saya sambil buru-buru ngejar pesawat, jadi saya nurut aja dan ngak sempat nanya-nanya lagi,”
“Ngak apa-apa kok, Pak, makasih,” Yasmine melempar senyum Haryo mengangguk, lalu kembali berkonsentrasi pada jalanan yang sudah sedikit lancer.
Yasmine menghela nafas pelan, lalu mneyandarkan kepalanya ke jok. Ia teringat kejadian beberapa hari lalu, saat ia masih di Amerika.
Tepatnya lima hari yang lalu, Yasmine hampir terkena serangan jantung saat mendapat telepon dari Indonesia yang mengatakan ibunya sedang mengalami kecelakaan dan sedang terbaring koma. Semenjak kedua orang tuanya bercerai, Yasmine memang memilih untuk ikut ayahnya ke Amerika. Tapi setelah mengetahui ibunya sekarat, Yasmine memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ayahnya setuju, dan mencarikan sekolah untuk Yasmine dengan meminta bantuan teman baiknya di Indonesia, Raymond, yaitu majikan Haryo.
Baca selengkapnya disini :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar