Maria A. Sardjono - Burung Merak |
Maria A. Sardjono - Burung Merak
Sejak awal perkenalannya dengan Wibisono, Ana telah mempunyai firasat bahwa laki-laki itu memandang rendah padanya, meremehkannya, dan tidak bisa dipercaya. Karenanya ia ingin melepaskan diri dari daya pikat lelaki itu. Namun sayang, jerat-jeratnya terlalu kuat dan terlalu liat. Sayangnya pula, Ana tidak pernah menyangka bahwa Wibisono memang berniat menjeratnya untuk membalaskan dendam keluarganya.
”Buruk merak itu harus kutangkap,” begitu berulang kali Wibisono berkata kepada dirinya sendiri dengan perasaan geram. Lelaki itu menjulukinya ”buruk merak”, burung berbulu indah yang angkuh. Burung merak yang munafik, karena Wibisono merasa gadis itu sok suci dan sok jual mahal padanya.
Dan Wibisono yang sudah dibutakan dendam itu tidak bisa melihat lagi dengan hati yang jernih bahwa Ana sesungguhnya memang gadis baik-baik yang selalu berhati-hati dalam pergaulannya dengan laki-laki. Ana sangat berbeda dengan saudara-saudara perempuannya yang lain. Maka ketika dendam telah dituntaskan, penyesalan pun menyergap kuat dirinya. Namun nasi telah menjadi bubur.
Baca selengkapnya disini :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar